Hujan rintik-rintik masih mengguyur jalanan Kota Klaten, pagi itu saya bergegas bersama kawan-kawan yang
tergabung di PPMI Dewan Kota Muria untuk melanjutkan perjalanan menuju Kongres
Nasional PPMI di Kaliurang, Yogyakarta. Sebelumnya kami telah sepakat mencari
tempat sarapan, disepanjang jalan kota Klaten, banyak sekali warung-warung
makan. Namun di tengah hawa dingin itu saya berinisiatif mencari warung soto,
lumayan kuah soto yang hangat tentu akan membantu menyegarkan tubuh kami
kembali.
Di perjalanan, mata saya tertuju ke arah papan nama “Soto Gunting Pak
Randi”, mendengar namanya saya langsung penasaran, soto macam apa lagi ini,
tanya saya waktu itu. Tak berpikir lama, kami pun berbelok di warung sederhana yang
terletak di tepian sawah ini.
Letaknya di Jalan Jetis, Cepu, Ceper, Klaten. Pagi itu warung penuh
sekali dengan pembeli, hanya menyisakan satu los bangku panjang di pojokan.
Tua-muda, laki-laki-perempuan, ada sopir truk, ada yang berpakaian rapi
layaknya pegawai tinggi, ada yang hanya mengenakan kaos oblong dan celanan
kolor. Semua tampak lahap menyantap semangkuk soto yang dihidangkan.
Soto Gunting, soto macam apa lagi?
Di Indonesia, soto sudah menjadi masakan yang familiar di semua
kalangan. Ada soto lamongan, soto kudus, soto betawi, soto mie di Bogor dan
masih banyak lainnya. Soto dihidangkan
dari restoran mewah hingga pedagang kaki lima di pinggiran jalan. Kenikmatannya
menyatukan lidah siapa saja.
Tak lama kami langsung memesan empat mangkuk soto dan teh hangat tawar.
Tidak sampai 10 menit, semangkuk soto dengan kuah yang mengepulkan asap ada di
depan mata. Aromanya harum pekat kaldu daging. Hmmm segar.
Soto ini hampir sama seperti soto daging lainnya. Terdiri dari nasi
putih, tauge, kol, daun seledri, bawang goreng tabur serta disiram dengan kuah
kaldu daging. Bedanya soto ini ada pada cara makannya. Soto daging umumnya,
daging langsung tersedia dalam semangkuk soto, namun soto gunting Pak Randi ini
menaruh daging terpisah, jadi kita bisa makan daging sesuai selera. Cara
makannya daging seukuran kartu domino ditusuk dengan garpu, baru kemudian
dipotong-potong di atas mangkuk menggunakan gunting. Selain daging, disediakan
juga jeroan daging sapi seperti babat, paru dan lainnya. Agar soto tambah nikmat, jangan lupa saya
tambahkan sambel, kecap serta perasan jeruk nipis secukupnya.
Rasanya gurih, dengan kuah kaldu daging sapi yang kaya lemak membuat
lidah saya terpuaskan. Ditambah suasana makan yang rame, semangat makan jadi
lebih terpompa, akhirnya tak sampai 10 menit seporsi soto habis tak
tersisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar