Sabda Toleransi dalam Soto Kudus



Kuliner yang satu ini tentunya tidak asing di telinga orang Indonesia, soto namanya. Soto di berbagai tempat mempunyai sebutan berbeda, Dennys Lombard seorang peneliti menyebut asal muasal soto dari daratan Cina dengan kata asli Caudo.  Hidangan berkuah yang disajikan di perabotan keramik atau mangkuk ini pertama dikenal di Semarang. Caudo kemudian menjadi soto. Di Makassar disebut Coto, sementara orang Pekalongan menyebutnya Tauto.  Begitulah kuliner yang banyak dijumpai di penjuru tanah air ini. Ada soto semarang, soto lamongan, soto betawi, soto kudus, soto bogor. Setiap daerahnya mempunyai ciri khas tersendiri.  Untuk mengobati rasa penasaran saya, sebelum meneruskan perjalanan ke kota Jepara, saya sempatkan mampir makan siang dulu di warung yang menghidangkan kuliner khas Kota kretek Kudus. Ya Soto Kerbau atau lebih dikenal dengan sebutan Soto Kudus.  Salah satu warung yang cukup melegenda di Kudus adalah Soto Ramidjan, terletak di Jalan Raya Kudus-Jepara No 79 A sebelah barat pasar Jember. Letaknya yang strategis menjadikannya mudah dijangkau dari kedua arah.
Doc Pribadi

Kuliner yang satu ini tentunya tidak asing di telinga orang Indonesia, soto namanya. Soto di berbagai tempat mempunyai sebutan berbeda, Dennys Lombard seorang peneliti menyebut asal muasal soto dari daratan Cina dengan kata asli Caudo.
Hidangan berkuah yang disajikan di perabotan keramik atau mangkuk ini pertama dikenal di Semarang. Caudo kemudian menjadi soto. Di Makassar disebut Coto, sementara orang Pekalongan menyebutnya Tauto.
Begitulah kuliner yang banyak dijumpai di penjuru tanah air ini. Ada soto semarang, soto lamongan, soto betawi, soto kudus, soto bogor. Setiap daerahnya mempunyai ciri khas tersendiri.
Untuk mengobati rasa penasaran saya, sebelum meneruskan perjalanan ke kota Jepara, saya sempatkan mampir makan siang dulu di warung yang menghidangkan kuliner khas Kota kretek Kudus. Ya Soto Kerbau atau lebih dikenal dengan sebutan Soto Kudus.
Salah satu warung yang cukup melegenda di Kudus adalah Soto Ramidjan, terletak di Jalan Raya Kudus-Jepara No 79 A sebelah barat pasar Jember. Letaknya yang strategis menjadikannya mudah dijangkau dari kedua arah.  
Semerbak harum kuah soto ini pun langsung tercium, saat memasuki warung. “Sebelum buka di Jember, Pak Ramidjan membuka warung soto di Terminal Mall Matahari. Pada waktu yang bersamaan, juga mempunyai cabang di sekitar alun-alun Simpang Tujuh (Sekarang pindah ke Taman Bojana) dengan nama warung soto Bu Ramidjan,” ungkap Ferry Roosmawan (39), cucu Ramidjan yang mewarisi warung soto saat ini.
Soto khas Kudus berbahan pokok daging kerbau, dengan isian nasi putih, tauge, kucai, daun seledri. Kemudian disiram kuah kaldu daging kerbau yang bening, dan juga dilengkapi dengan taburan bawang goreng, yang membuat rasanya semakin kental.
Orang Padang mengatakan lamak rasanyo, meskipun tidak menggunakan santan. Sehingga menjadi daya tarik sendiri oleh para pembeli yang mampir ke warung bercat hijau dengan perpaduan kuning tersebut. Yang menjadikan soto ini berbeda dari daerah lain seperti Soto Betawi dan Soto Lamongan adalah kuahnya yang bening, karena tanpa menggunakan santan. “Orang zaman sekarang enggan dengan makanan yang berkuah kental, yang mengandung banyak lemak,” tukasnya.

Sabda Toleransi

Di kota Kudus anda jangan coba cari kuliner khas berbahan dasar daging sapi, hampir semua kuliner khas kota penghasil rokok ini menggunakan daging kerbau sebagai bahan dasar utama. Sebut saja pindang kerbau, sate kerbau dan soto kudus atau soto kerbau.
Soto Kudus menjadi daya tarik tersendiri. Kekhasannya dikenang hingga menjadi ikonik kota. Berbicara soal kuliner dengan bahan baku daging kerbau di Kudus, tentunya ada sederet cerita yang mengekor dibelakangnya.

Pemilihan daging kerbau tida terjadi begitu saja, daging kerbau menggambarkan toleransi antar pemeluk agama di Kudus, utamanya Islam dan Hindu. Karena dilatarbelakangi sabda toleransi Sunan Kudus yang melarang menyembelih sapi, sebagai wujud menghormati orang Hindu.

Larangan ini menjadi semacam kultur yang diwariskan turun temurun, yang kemudian dikreasikan oleh masyarakat dalam suguhan kuliner. Selain kuliner sate kerbau dan pindang kerbau yang juga terinspirasi dari sabda wali yang berjuluk Waliyul Ilmi itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar