Semangkuk Soto Kuali, Pancing Sesama Miliki Jiwa Berbagi



Beberapa oreang terlihat lahap menyantap soto yang diberikan cuma-cuma tiap Jumat

Tiap Jumat, seratus mangkuk soto digratiskan. Tak hanya untuk kaum dhuafa yang menikmatinya, orang kaya raya pun punya hak sama. Ia ingin semua orang dapat berbagi di tempatnya masing-masing, dengan cara yang sederhana.

Di pinggir Jalan AKBP Agil Kusumadya, sebuah sebuah warung berukuran 4x5 meter nampak sederhana. Tak ada yang istimewa sebenarnya, dari warung yang dominan bercat warna hijau ini, kecuali sebuah tulisan Soto Kuali dengan tagline di bawahnya “Gratis Tiap Jumat”.
Tulisannya jelas terlihat. Besar, dengan perpaduan font dan warna yang pas, membuat siapapun yang melintasi jalan tersebut dengan mudah tahu pesan yang disampaikan pemiliknya.
Ya, di warung soto sederhana ini tiap Jumat, siapapun boleh makan soto gratis. Baik orang miskin maupun orang kaya sekalipun. Tak hanya makan soto. Minuman, lauk pauk seperti tempe, tahu dan kerupuk pun gratis hari itu.
Makan gratis tiap Jumat ini sudah berlangsung selama empat tahun. Tepatnya di tahun 2013, selang setahun setelah warung berdiri, Anggoro, 40, sang pemilik warung menggratiskan dagangannya tiap Jumat.
”Sebenarnya saya tak mengharap pahala. Saya hanya ingin berbuat baik saja, dan dapat membuat senang orang-orang sekitar,” ujarnya kepada Metja Makan.
Selain itu, soal soto gratis yang untuk semua orang tak pandang kaya miskin, ia mengaku ingin mengajak sesama untuk senang berbagi.
”Saya melakukan hal ini bukan berarti saya orang kaya. Melainkan hanya ingin terbiasa berbuat baik. Sebab saya meyakini rezeki itu titipan,” imbuh pria bertubuh tambun ini.
Lebih lanjut, Anggoro menceritakan, awal ia menggratiskan soto tiap Jumat memang banyak yang mencibir. Terutama karena soto yang digratiskan berlaku juga untuk orang kaya.
”Untuk apa bersedekah ke orang kaya. Begitu orang-orang sekitar mencibir,” kenang Anggoro. Namun ia punya maksud sendiri, ia berharap hal seperti ini dapat menular kemana-mana. Jadi, Anggoro ingin, orang-orang terutama yang berkecukupan mau berbagai di lingkungan masing-masing.
”Negeri ini banyak orang kaya. Kalau setiap orang kaya mau berbagi dengan sekelilingnya secara konsisten, tentu dapat mengurangi kemiskinan. Dan yang paling penting membuat orang senang,” tuturnya.
Hal ini memang terbukti, usai makan soto gratis, memang banyak yang berjabat tangan dengan penuh senyum serta diiringi lontaran do’a spontanitas. ”Biasanya usai makan mereka berjabat tangan dengan saya serta mendoakan saya. Begitu kebanyakan,” kata Anggoro.
Di hari biasa soto ini dijual 8000 rupiah per porsi. Tiap hari tak kurang 100 porsi habis terjual dari pukul 07.00 hingga 13.00 pelanggannya dari orang biasa hingga para pejabat dinas. Untuk hari Jumat pukul 11.00 soto sudah habis.
”Biasanya kalau pagi hingga pukul 10.00 itu orang dewasa yang makan kesini. Nanti pukul 10.00 anak-anak SD sekitar giliran yang menyantap soto gratis ini, dan pukul 11.00 soto sudah habis,” jelas Anggoro.
Soto ini ia masak sendiri. Dimasak menggunakan kuali dari tanah liat dan pembakarannya menggunakan kayu. ”Rasanya supaya khas,” kata Anggoro singkat. Anggoro melanjutkan, ia ingin terus berbagi. Ingin terus melihat orang lain senang dengan cara yang sederhana sekali seperti ini. Membagikan semangkuk soto.
”Bagi tukang becak, para buruh, pemulung, gelandangan, tentu senang pagi-pagi perut terisi tanpa mengeluarkan sepeser uang. Itu senangnya luar biasa. Saya tak pernah merasa rugi yang penting saya terus berbagi,” pungkas Anggoro. (Achmad Ulil Albab-Pati)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar